Sabtu, 24 September 2011

Perumpamaan Profesor dan Ember


Seorang profesor filsafat dan para muridnya sedang berdiri dalam sebuah gudang. Di depan mereka terdapat sebuah ember kaleng besar serta beberapa kotak berisi batu pasir.
 
Sang profesor mengangkat kotak berisi batu-batuan besar, masing-masing berdiameter sekitar sepuluh sentimeter dan menuangkannya ke dalam ember. Batu-batu itu mencapai bagian atas ember dan dia tanya ke para muridnya apakah ember itu sudah penuh.

“Sudah penuh”, jawab para muridnya.

Sang profesor mengambil kotak lain yang berisi batu-batuan berdiameter 2,5 sentimeter dan menuangnya ke dalam ember. Batu-batu kecil ini mengisi ruang kosong di antara batu-batu besar tadi. Kemudian, dia bertanya lagi kepada para muridnya apakah ember itu sudah penuh.

Para muridnya melihat ember itu dan menjawab,”Ya sudah penuh”. Sang profesor kemudian menuang isi kotak ketiga yang berisi batu kerikil. Para muridnya kemudian melihat ke dalam ember dan sepakat mengatakan bahwa ember telah penuh.

Akhirnya sang profesor menuang sebuah kotak berisi pasir di atas batu besar, batu kecil, dan batu kerikil, dan sekali lagi, untuk keempat kalinya para murid harus mengakui bahwa ember itu telah penuh.
“Lakukan hal paling penting dahulu”, profesor menasehati pada muridnya, “dan lebih sedikit hal dalam skala prioritas. Dengan demikian, Anda dapat mengisi hidup Anda hingga Empat kali, tidak hanya satu kali. Jika Anda melakukan hal-hal yang tidak penting terlebih dahulu, Anda akan mengisi ember Anda dengan pasir... sehingga tidak akan ada ruang yang tersisa lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar